MAKALAH
TAFSIR QURAN SURAT AL-LAHAB
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 : ANGGA
ABDUL MALIK
ARSELAWATI
DAMAYANTI
Mata kuliah :
TAFSIR TARBAWI
PRODI :
Manajemen Pendidikan Islam
SEMESTER : II
(DUA)
UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
2014
TAFSIR Q.S. AL-LAHAB AYAT 1-5; DIRASAH TAHLILIYAH
A.
MUQADDIMAH
Surat ini terdiri atas 5 ayat,
termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Fath. Nama Al Lahab diambil dari kata Al Lahab yang terdapat pada ayat ketiga surat
ini yang artinya gejolak api. Surat ini juga dinamakan surat Al Masad (sabut penjerat).
Pokok-pokok isinya: Cerita Abu Lahab dan
isterinya yang menentang Rasulullah s.a.w. Keduanya akan celaka dan masuk
neraka. Harta Abu Lahab, tak berguna untuk keselamatannya demikian pula segala
usaha-usahanya.
Al-Biqa’i menegaskan bahwa tujuan
utama suarah ini adalah memastikan kerugian sang kafir walaupun dia adalah
orang yang paling dekat hubungan kerabatnya kepada manusia yang paling
beruntung ( Nabi Muhammad SAW ). Ini menunjukkan bahwa Allah yang menetapkan
ajaran agama yang menyandang keagungan yang tidak dapat dilukiskan. Dia
melakukan apa yang dia kehendaki, karena tidak ada yang serupa dengann-Nya. Itu
untuk mendorong manusia meyakini ajaran Tauhid. ( Al-Mishbah : 2002 : 595 )
A.
TEKS AYAT DAN TERJEMAH
تَبَّتْ
يَدَااَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ (۱) مَااَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَاكَسَبَ (۲) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (۳) وَّامْرَاَتُهُ حَمَّا لَةَ الْحَطَبِ (٤) فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ (٥)
1.
Binasalah
kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia!
2.
Tidaklah
berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan.
3.
Kelak
dia akan masuk kedalam api yang bergejolak (neraka).
4.
Dan
(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (pembawa fitnah).
5.
Di
lehernya ada tali dari sabut yang dipintal.
A.
KAJIAN KOSA KATA
1. At-tabat artinya hancur dan merugi. Maksud ayat ini adalah : تبت يدا ابي لهب Abu Lahab merugi dan binasa.
2. Ia akan mendapati panasnya dan akan merasakannya. : سيصلى
3. Apakah kayu bakar yang dimaksudkan di
sini? Memang : حما لة الحطب
Arwa binti harbin Umayyah saudara
perempuan abu sufyan
dan istri abu lahab itu benar-benar
membawa kayu bakar.
atau apakah yang dimaksudkan karena
dia seorang wanita
yang berbuat onar dan kerusakan.
Ungakapan pada ayat ini
merupakan kiasan un untuk perbuatannya
ini.
4.
Tali
untuk mengikat : مسد
A.
ASBABUNNUZUL DAN MUNASABAH SURAT
Suatu ketika Rasulullah SAW mendaki bukit
shafa di Mekkah, untuk berseru mengisyaratkan akan adanya bahaya yang
mengancam. Maka berkumpullah sejumlah penduduk Mekkah termasuk Abu Lahab. Nabi
SAW antara lain bersabda: “Seandainya aku menyampaikan kepada kamu bahwa akan
ada musuh yang menyerang di pagi atau sore hari, apakah kamu akan
mempercayaiku?” Mereka menjawab bahwa: “Kami tidak pernah mengetahiu kamu
berbohong”. Nabi SAW kemudian menjelaskan kepada mereka tentang ancamam hari
Akhir yang akan mereka hadapi , jika mereka mengabaikan tuntunan Allah.
Mendengar itu Abu Lahab berseru: “Binasalah engkau sepanjang hari! Apakah untuk
itu engkau mengumpulkan kami?” Maka turunlah surah ini. ( Al-Mishbah : 2002 :
596 )
Peristiwa diatas diperkirakan terjadi pada
tahun IV setelah kenabian. Ada juga yang meriwayatkan bahwa suatu ketika Abu
Lahab datang kepada Nabi bertanya apa yang akan diperoleh jika dia memeluk
Islam ? Nabi menjawab: “Seperti yang diperoleh kaum muslimin” Abu Jahl
menjawab: “Celakalah agama ini, bila aku dipersamakan dengan mereka”. Maka
turunlah ayat ini. ( Al-Mishbah : 2002 : 596 )
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa istri
Abu Lahab menyebarkan duri-duri di tempat yang akan dilalui Nabi SAW. Ayat ini
( Q.S. Al-Lahab : 1-4 ) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, yang
melukiskan bahwa orang yang menghalang-halangi dan menyebarkan permusuhan
terhadap Islam akan mendapat Siksaan Allah. (ASbabun Nuzul : 2002 : 688 )
Adapun munasabah surah Al-Lahab dengan
surah sebelumnya yaitu surah An-Nasr bahwa menerangkan tentang kemenangan yang
diperoleh Nabi Muhammad SAW dan pengikut-pengikutnya. Sementara pada surah ini
Allah menjelaskan tentang kebinasaan dan siksaan yang akan diderita oleh Abu
Lahab dan istrinya sebagai orang-orang yang menentang Nabi Muhammad SAW. Dan
munasabah surah ini dengan surah sesudahnya yaitu surah Al-Ikhlas yang
mengemukakan bahwa Tauhid dalam Islam adalah Tauhid yang
semurni-murninya. ( Al-‘Usyr Al-Akhir : - : 75 )
A. PEMBAHASAN
TAFSIR Q.S. AL-LAHAB
تَبَّتْ يَدَااَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ (۱)
“binasalah kedua tangan abu lahabdan
benar-benar binasa dia!
(تَبَّتْ) maksudnya adalah kebinasaan dan kerugian
besar, sesatlah perbuatannya dan apa yang ia kerjakan. Sedangkan (وَتَبَّ)
maksudnya sungguh telah merugi/binasa dan kebinasaannya serta kehancurannya
benar-benar terjadi. Allah ‘Azza wa
Jalla memulai
firmanNya dengan menyebutkan (تَبَّتْ يَدَا أَبِي
لَهَبٍ) “Binasalah
kedua tangan Abu Lahab” sebelum menyebutkan diri Abu Lahab karena
tanganlah yang digunakan untuk berbuat, bekerja, mengambil sesuatu dan
memberinya.
مَااَغْنَى
عَنْهُ مَالُهُ وَمَاكَسَبَ (۲)
“Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan”
Huruf (مَا) dalam ayat ini adalah adalah huruf (مَا) istifhamiyah/pertanyaan sehingga
maknanya ‘apakah ada manfaat harta dan apa yang ia usahakan ?’ maka jawabannya
adalah tidak sama sekali. Huruf (مَا) juga dapat bermakna nafiyah/penolakan.
Sehingga maknanya tidak bermanfaat baginya harta dan apa yang ia usahakan.
Kedua makna ini saling berkaitan, harta yang dimiliki dan apa yang ia usahakan
tidak bermanfaat sedikitpun baginya padahal menurut kebiasaan bahwa harta dan
apa yang ia usahakan memberikan manfaat bagi pemiliknya. Walaupun demikian apa
yang ia miliki tidaklah dapat menyelamatkannya dari siksa neraka. Sebagian
ulama menafsirkan (مَا كَسَبَ) “apa yang dia usahakan” dengan anak.
Sehingga maknanya “tidaklah bermanfaat baginya harta dan anaknya”. Yang lebih
tepat bahwa ayat menunjukkan keumuman sehingga termasuk di dalamnya anak, harta
yang diusahakan, kemuliaan dan kedudukan yang berusaha ia raih. Sehingga
seluruh yang ia usahakan baik berupa kemuliaan dan kewibawaan maka itu semua
tidak bermanfaat sedikitpun untuk menyelamatkannya dari neraka.
سَيَصْلَى
نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (۳)
“Kelak dia akan masuk kedalam api yang bergejolak (neraka)”
Huruf sin (س) pada kata (سَيَصْلَى) merupakan tanfis yang menunjukkan akan
benar-benar terjadi dan dalam waktu yang dekat. Maksudnya Abu Lahab akan
benar-benar dimasukkan ke neraka yang bergejolak dalam waktu yang dekat. Karena
selama apapun seseorang hidup di dunia jika dibandingkan dengan akhirat maka
hal itu akan sangat dekat/singkat12.
Disebutkan bahwa sebelum meninggalnya Abu Lahab diserang
penyakit yang sangat akut. Penyakit tersebut adalah penyakit yang disebut (العدسة)
sejenis bisul. Pada saat itu orang arab sangat menjauhi orang yang terkena
penyakit ini sebagaimana mereka menjauhi orang yang terkena penyakittha’un/pes.
Sehingga ketika dia telah meninggal tidak ada seorangpun yang sanggup memandikannya
hingga pada hari ketiga, anaknya mengguyur jasadnya dari kejauhan.
وَّامْرَاَتُهُ حَمَّا لَةَ الْحَطَبِ (٤)
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (pembawa fitnah)”
Istri Abu Lahab merupakan salah seorang wanita terpandang di
kalangan Quraisy*. Dia adalah Ummu Jamiil namanya Arwaa bintu Harbu bin
‘Ummayyah. Dia adalah saudara perempuan Abu Sufyan. Istri Abu Lahab ini
termasuk orang yang membantunya dalam kekafiran dan penentangannya kepada
risalah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam. Oleh karena itulah dia kelak akan bersama
suaminya di hari qiyamat di dalam adzab neraka jahannam.
(حَمَّالَةَ) merupakan bentuk sighah
muballaghah yang
menunjukkan banyak. Disebutkan bahwa ia membawa banyak kayu berduri yang akan
diletakkan di jalan yang dilalui Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dengan
tujuan untuk mengganggu beliau.
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِّنْ مَّسَدٍ (٥)
“Dilehernya ada tali dari sabut yang dipintal”
Yakni dia pergi ke gurun dengan membawa tali dari sabut untuk
membawa kayu-kayu berduri yang akan ia letakkan di jalan yang dilalui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Jika kita lihat dengan teliti berdasarkan penafsiran di atas
terlihat bertapa istri Abu Lahab ini memiliki tekad yang sangat kuat untuk
menganggu dakwah Nabi Shallallahu
‘alaihi wa Sallam karena
ia rela mengorbankan dirinya dengan segala kehormatan yang dimilikinya. Namun
demikian ia tanggalkan semuanya demi mengganggu dakwah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan membantu suaminya. Diriwayatkan
dari Ats Tsauriy Rahimahullah,
beliau mengatakan (حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ), “Adalah kalung dari api, yang panjangnya
70 hasta”.
A.
HIKMAH TARBIYAH
Dalam surat Al- Lahab ini, ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik,
diantaranya:
1. Surat
ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Dimana Allah
menurunkan surat ini dalam kondisi Abu Lahab dan istrinya masih hidup,
sementara keduanya telah divonis sebagai orang yang akan disiksa didalam api
neraka, yang konsekuensinya mereka berdua tidak akan menjadi orang yang beriman.
Dan apa yang dikabarkan Allah subhanahu wata’ala Dzat Yang Maha Mengetahui
perkara yang gaib pasti terjadi.
2. Tidak
berguna sedikitpun harta benda (untuk melindungi) seseorang dari azab Allah
ketika ia melakukan perbuatan yang mendatangkan murka Allah subhanahu wata’ala.
3.
Haramnya menganggu orang beriman secara mutlak.
4. Tidak
bermanfaat sedikitpun hubungan kekerabatan seorang musyrik, dimana Abu Lahab
adalah pamannya Nabi tetapi ia di dalam neraka.
5.
Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan.
Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam
kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak
beriman.
6. Tidak
bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun
sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika seseorang itu
beriman.
7. Bahaya
saling tolong menolong dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah
Ummu Jamil yang membantu suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
PENUTUP
Demikian surah ini menggambarkan kesudahan yang
dialami oleh salah seorang yang memusuhi Nabi saw. dan demikian pula yang akan
oleh setiap yang memusuhi Nabi Muhammad saw.
REFERENSI
-
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Bandung: Mizan, 2002
-
Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin, Tafsir Juz ‘Amma
-
HR. Bukhari no. 4972 dan Muslim no. 208.
-
Shahih Tafsir Ibnu Katsir hal. 701/IV