MAKALAH
SEJARAH PERADABAN ISLAM MASA BANI ABBASIYAH
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 3 : ANGGA ABDUL MALIK
:
NURROHMAWATI
:
LILIS MULYANI
:
IIM FARIDA
:
HANNA FAUZIAH
Mata Kuliah :
Sejarah Peradaban Islam
PRODI :
Manajemen Pendidikan Islam
SEMESTER :
II (dua)
UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah
merupakan salah satu bukti sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani
Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan
yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah,
baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu
untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa
peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan
kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh
dunia, maka akan memotifasi
sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam
sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya
oleh generasi ummat Islam saat ini.
Rumusan masalah
Rumusan masalah makalah ini adalah:
1. 1.Bagaimana sejarah berdirinya Bani
Abbasiyah ?
2. 2. Seperti apa masa kekuasaan Bani
Abbasiyah ?
3. 3. Apa saja yang diperoleh pada masa
kejayaan Bani Abbasiyah ?
4. 4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan
kemunduran Bani Abbasiyah ?
5. 5. Bagaimana akhir masa kekuasaan Bani
Abbasiyah ?
Tujuan
1. 1. Menjelaskan bagaimana berdirinya Bani
Abbasiyah, sehingga berhasil menguasai kekhalifahan yang sebelumnya di pegang oleh Bani Umayyah.
2. 2. Mendeskripsikan masa kekuasaan Bani
Abbasiyah dalam megelola pemerintahan.
3. 3. Mendeskripsikan kemajuan-kemajuan yang
diperoleh saat Bani Abbasiyah memengang ke khalifahan, baik itu dibidang
ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan.
4. 4. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab
kemunduran Bani Abbasiayah.
5. 5. Menjelaskan bagaimana akhir dari masa
kekuasaan Bani Abbasiayah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.SEJARAH BERDIRINYA BANI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah
didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah, dan sekaligus sebagai
khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati rentang waktu yang sangat
panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun 132-656 H/750-1258 M. Berdirinya
pemerintahan ini dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah
dikumandangkan oleh bani Hasyim (alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah
dengan mengatakan bahwa yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan
anak-anaknya.
Kelahiran bani
Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan oleh golongan
syi’ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan
Syi’ah selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan
tersingkir karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal
ini bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di
Karbela.
Gerakan oposisi
terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi’ah dipimpin oleh Muhammad Bin Ali,
ia telah di bai’ah oleh orang-orang syi’ah sebagai imam. Tujuan utama dari
perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut kekuasaan dan jabatan khalifah dari
tangan Bani Umayyah, karena menurut keyakinan orang syi’ah keturunan Bani
Umayyah tidak berhak menjadi imam atau khalifah, yang berhak adalah keturunan
dari Ali Bin Abi Thalib, sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan
Ali Bin Abi Thalib. Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani
Hasyim, belum menonjolkan nama Syi’ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk
mencari dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini
adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Keturunan ini
bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
2.MASA KEKUASAAN BANI ABBASIYAH
Selama dinasti Bani
Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan
perubahan politik, sosial, dan budaya. Berdasarkan pola pemerinthan itu, para sejarawan
biasanya membagi kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat periode :
·
Masa Abbasiyah I, yaitu semenjak
lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M sampai meninggalnya khalifah
Al-Watsiq 232 H/847 M.
·
Masa Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah
Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di
Baghdad tahun 334 H/946 M.
·
Masa Abbasiyah III, yaitu dari
berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M sampai masuknya kaum Saljuk ke
Baghdad Tahun 447 H/1055 M
·
Masa Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum
saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa
Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 656 H/1258 M.[4]
1) Masa Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa ini diawali sejak Abul Abbas menjadi khalifah dan
berlangsung selama satu abad hingga meninggalnya khalifah Al-Watsiq. Periode
ini dianggap sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena
keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan.Wilayah kekuasaannya membentang
dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari laut Kaspia hingga ke sungai
Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang khalifah yang cukup berprestasi dalam
penyebaran Islam mereka adalah khalifah Abul Abbas ash-shaffah(750-754 M),
Al-Mansyur ( 754-775 M), Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (785-786 M), Harun
Al-Rasyid (786-809 M), Al-Amin (809 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Ibrahim (817 M),
Al-Mu’tasim (833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2) Masa Abbasiyah II ( 232 H/847 M-334 H/946 M)
Periode ini diawali dengan meninggalnya khalifah
Al-Wasiq dan berakhir ketika keluarga Buwaihiyah bangkit memerintah.
Sepeninggal Al-Wasiq, Al-Mutawakkil naik tahta menjadi khalifah, masa ini
ditandai dengan bangkitnya pengaruh Turki. Setelah Al-Mutawakkil meninggal dunia,
para jendral yang berasal dari Turki berhasil mengontrol pemerintahan. Ada
empat khalifah yang dianggap hanya sebagai simbol pemerintahan dari pada
pemerintahan yang efektif, keempat pemerintahan itu adalah Al-Muntasir (861-862
M ), Al-Musta’in (862-866 M), Al-Mu’taz (866-896 M), dan Al-Muhtadi (869-870
M). Masa pemerintahan ini dinamakan masa disintegrasi, dan akhirnya menjalar
keseluruh wilayah sehinngga banyak wilayah yang memisahkan diri dari wilayah
Bani Abbas dan menjadi wilayah merdeka seperti Spanyol, Persia, dan Afrika
Utara.
3) Masa Abbasiyah III (334 H/946 M -447 H/1055 M)
Masa ini ditandai dengan berdirinya Dinasti
Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini jatuhnya Khalifah Al-Muktafi (946 M) sampai
dengan khalifah Al-Qaim (1075 M). Kekuasaaan Buwaihiyah sampai ke Iraq dan
Persia barat, sementara itu Persia timur, Transoxania, dan Afganistan yang
semula dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah beralih kepada Dinasti Gaznawi.
Kemudian sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah berdiri di Mesir. Kekhalifahan Baghdad
jatuh sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan, khalifah meminta
bantuan kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah cukup kuat dan berkuasa
karena mereka masih menguasai Baghdad yang merupakan pusat dunia islam dan
menjadi kediaman Khalifah Pada akhir Abad kesepuluh, kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah
hingga tidak memiliki kekuasaan diluar kota Baghdad. Kekuasaan Bani Abbasiyah
berhasil dipecah menjadi dinasti Buwaihiyah di Persia (932-1055 M), dinasti
Samaniyah di Khurasan (874-965 M), dinasti Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M),
dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030 M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171
M), dan dinasti Gaznawi di Afganistan (962-1187 M)
4) Masa Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa ini ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai
dan mengambil alih pemerintahan Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656
H/1258 M, yaitu ketika tentara mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan
hampir seluruh dunia Islam terutama bagian timur.
3.MASA KEJAYAAN BANI ABBASIYAH
Pada periode pertama
pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan, secara politis para
khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik
sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.
Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan
ilmu pengetahan dalam Islam.
Peradaban dan
kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa Bani Abbasiyah.
Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih menekankan pada
perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada perluasan wilayah.
Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah dengan dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan
dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid (786-809 M) dan
anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid memerintah, negara dalam
keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga pendidikan
pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat,
hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa
administrasi yang sudah berlaku sejak Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa
pengetahuan, selain itu juga ada dua hal yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu
pengetahuan yaitu :
a.
Terjadinya asimilasi antara bahasa Arab
dengan bahasa bangsa lain yang telah lebih dulu mengalami kemajuan dalam bidang
ilmu pengetahuan. Pada masa Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang
masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna.
Bangsa-bagssa itu memberi saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Pengaruh Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan.
Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat,
dan sastra. Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika,
dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan di
berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b.
Gerakan penerjemahan berlangsung selama
tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid.
Pada fase ini yang banyak diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi
dan Mantiq. Fase kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H.
Buku-buku yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan
pada fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya
pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang diterjemahkan semakin
meluas.
Di zaman khalifah
Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang gemilang bagi Islam. Zaman ini
kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang belum pernah dicapai sebelumnya,
Harun sangat cinta pada sastrawan, ulama, Filosof yang datang dari segala
penjuru ke Baghdad. Salah satu pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan
tersebut adalah didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam pada awalnya
membawa kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya dengan
perkembangan Universitas Islam.
Pabrik kertas ini
memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan naskah-naskah, dimasa itu seluruh buku
ditulis tangan. Ilmu cetak muncul pada tahun 1450 M ditemukan oleh gubernur di
Jerman. Dikota-kota besar islam muncul toko-toko buku yang sekaligus juga
berfungsi sebagai sarana pendidikan dan pengajaran non-formal.[7]
Popularitas Bani
Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh khalifah
Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga pendidikan
dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada sekitar 800 orang
dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan. Kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan
berada pada zaman keemasannya. Pada zaman inilah negara Islam menempatkan
dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah
sebagai berikut :
v Ilmu Kedokteran
Pada mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti
dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran[9].
Dinasti Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai
berikut
·
Hunain Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal
segai dokter yang ahli dibidang mata dan penerjema buku-buku dari bahasa asing
ke bahasa Arab.
·
Ar-Razi (809-1036 M) terkenal sebagai
dokter yang ahli dibidang penyakit cacar dan campak. Ia adalah kepala dokter
rumah sakit di Baghdad. Buku karangannya dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
·
Ibnu Sina (980-1036 M), yang karyanya
yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai
buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara Islam.
·
Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai
dokter perintis dibidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. Dll[10]
v Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir
Bir ra’yi, aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadist dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua
lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang
terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan karangannya jami’
al-bayan fi tafsir Al-Qur’an, Al-Baidhawi dengan karangannya Ma’alim
al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanyaal-kassyaf, Ar-Razi(865-925
M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan lain-lainnya.
v Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani
Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan tetapi
perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani Abbasiyah, sebab
pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum ada tandingannya sampai
sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam
Bukhari (W.256
H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257 Hadist dan setelah diteliti
terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah berhasil dikumpulkan oleh imam
Bukhari yang disusun dalam kitabnya Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H)
terkenal sebagai seorang ulama hadist dengan bukunya Shahih Muslim,
buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam
dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh
Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam
Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa’i oleh Al-Nasa’i ( W.303 H)
dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam
buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
v Ilmu Kalam
Bukanlah hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah
merupakan dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang
terkenal pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang,
Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul Imam Abu
Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio) dan Ijtihad, Imam
Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai hadist dan menjauhi
sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi’i (150-204 H) yang berusaha mengkompromikan
aliran Ahl al-Ra’yi, dengan Ahl al-Hadist dalam
Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran Fiqh
yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang lainnya. Buku
karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah,
dan sebagainya.
v Ilmu Tashawuf
Dalam bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa
pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama sufi
pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih beredar sampai
sekarang yaitu buku Ihya’ Al-Din, yang terdiri dari lima
jilid. Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang
berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi
menulis buku al-lam’u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan
bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il’m al-Tashawuf.[11]
v Ilmu Matematika
Terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang
matematika. Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah Al-Khawarizmi,
adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu
hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad Bin
Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu matematika.[12]
v Ilmu Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar,
karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang
obat-obatan), jami’ al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang
obat-obatan dan makanan bergizi).
Dan masih banyak lagi
ilmu yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah berkuasa, hal ini terlihat bahwa
saat Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M) memerintah ia mendirikan Universitas
Mustansiriah di Baghdad yang dapat dibanggakan karena telah mampu melampaui
Universitas di Eropa. Mereke mempunyai Fakultas-fakultas yang sempurna,
mahaguru digaji berdasarkan banyak mahasiswa yang terdapat dalam Fakultasnya,
setiap Mahasiswa dan Mahaguru mendapatkan satu dinar emas setiap bulannya, dan
rata-rata setiap Fakultas tidak ada yang kurang dari 3000 Mahasiswa didalamnya.
Setiap Mahasiswa boleh makan ke dapur umum Mahasiswa dengan Cuma-Cuma, sebuah
perpustakaan besar terdapat dalam Universitas itu. Setiap mahasiswa yang
berkeinginan menyalin buku-buku atau ingin menyusun buku baru, ada sebuah
kantor yang mengurus persediaan kertas, pena dan tinta untuk keperluan itu.
Disamping Universitas dibangun sebuah rumah sakit untuk mahasiswa diperiksa
kesehatannya, hal inilah yang menyebabakan berbagai Universitas di Eropa
mengambil contoh pada Universitas Mustansiriah itu.
4.FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
KEMUNDURAN BANI ABBASIYAH
Menurut W. Montgomery, bahwa beberapa
faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah :
1. Luasnya wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan
daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya antara
penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi.
3. Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara
bayaran sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer menurun, khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M. A
diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiayah Adalah :
1.
Persaingan antar bangsa
Khalifah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan
orang-orang Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib pada
saat pemerintahan Bani Umayyah, keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti
Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada masa
ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa. Kecendrungan
masing-masing bangsa untuk berkusa telah dirasakan sejak awal pemerintahan Bani
Abbas.
2.
Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan dengan
Kemunduran dibidang Politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbasiyah
merupakan pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk lebih besar dari pada
yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan Harta. Setelah khalifah mengalami
periode kemunduran , pendapatan negara menurun, dengan demikian terjadi
kemerosotan ekonomi.
3.
Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada periode
Abbasiyah , konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga terjadi
perpecahan. Berbagai Aliran keagaam seperti Mu’tazillah, Syi’ah, Ahlus sunnah,
dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami
kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham keagamaan yang ada.
4.
Perang Salib
Perang salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib yang
terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan perhatian
Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib sehingga
memunculkan kelemahan-kelemahan.
5.
Serangan Bangsa Mongol
Serangan tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi
lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab
menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada kekuatan
Mongol.
5.MASA AKHIR KEKUASAAN BANI ABBASIYAH
Akhir dari kekuasaan
Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah saudara dari Kubilay Khan
yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara, dan saudaranya Mongke Khan yang
menugaskannya untuk mengembalikan wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina
kepangkuannya. Baghdad dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya
Hulagu Khan mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah
yang terakhir Al-Mu’tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan
Assassin. Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu
timbullah kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M,
Khulagu Khan melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan
penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada khalifah
untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan pada tanggal 17 Januari
1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada waktu
penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh disuatu daerah
dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah. Penaklukan itu hanya
membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol tidak hanya menghancurkan kota
Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan peradaban ummat Islam yang berupa
buku-buku yang terkumpul di Baitul Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak
ternilai harganya. Buku-buku itu dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga
berubah warna air sungai tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena
lunturan air tinta dari buku-buku tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bani Abbasiyah
merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa keemasan dan
kejayaan dari peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada masa Bani Abbasiyah
kekayaan negara melimpah ruah dan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Pusat
peradaban Islam mengalami kemajuan yang pesat sehingga pada masa
ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari kalangan Ummat Islam, baik
itu ilmu pengatuhan yang bersifat umum seperti ilmu kedokteran yang telah
mencetak dokter seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada
masa ini telah ada lebih dari 800 dokter yang berada di kota Baghdad. Dalam
bidang matematika melahirkan ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu
angka Nol. Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu
tafsir, ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan
tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah Harun
Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin, karena pada masa inilah puncak
dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan dilakukan dimana-mana, baik
pembangunan rumah sakit, irigasi, dan pemandian-pemandian umum.
Namun diakhir
pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam mengalami keterpurukan yang sangat
parah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara Mongol yang telah mengahncurkan
pusat peradaban Ummat Islam di Baghdad dan mengahancurkan Pusat ilmu
pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang berisi buku-buku karangan pakar ilmu
ummat Islam yang tak ternilai harganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar