MAKALAH
KEPEMIMPINAN
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 : ANGGA
ABDUL MALIK
M.
KOSASIH
ANIES
AL-QURROTU AINY
RIRIN
NASYIRIA
HANNA
FAUZIAH
MATA KULIAH : DASAR-DASAR
MANAJEMEN
SEMESTER : III
(TIGA)
PRODI : MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA
ISLAM
UNIVERSITAS
NEGERI SINGAPERBANGSA KARAWANG
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang
maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa menyelesaikan
sebuah karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul “KEPEMIMPINAN”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar
bagi kita untuk mempelajari tentang kepemimpinan..
Melalui kata pengantar ini penulis & penyusun lebih
dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat. Amiin…
Karawang,
05 Desember 2014
Penulis
Kelompok
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak
saja dibicarakan dan diteliti oleh para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu
perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat pada umumnya. Meskipun
telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu teori pun
yang dirasakan paling sempurna.
Stogdill (1974) menyatakan bahwa jumlah macam batasan
tentang kepemimpinan dapat dikatakan sama dengan jumlah orang yang telah
mencoba membuat batasan tentang pengertian tersebut. Kepemimpinan merupakan
sesuatu yang penting bagi manajer. Para manajer merupakan pemimpin (dalam
organisasi mereka), sebaliknya pemimpin tidak perlu menjadi manajer.
Kepemimpinan lebih berhubungan dengan efektivitas, sadangkan manajemeni lebih
berhubungan dengan efisiensi.
Dalam kepemimpinan terdapat hubungan antar manusia
yaitu hubungan mempengaruhi (dari pemimpin), dan hubungan kepatuhan-kepatuhan
para pengikut/ bawahan karena dipengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para
pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinya, dan bangkitlah secara
spontan rasa ketaatan kepada pemimpin. Pemimpin ada dua yaitu pemimpin
formal, yaitu orang yang oleh organisasi ditunjuk sebagai pemimpin,
berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam
struktur organisasi dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan denganya
untuk mencapai sasaran organisasi. Pemimpin informal, yaitu orang yang tidak
mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin; namun karena ia memiliki
sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi merupakan salah
satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahan. Pemimpin yang
baik adalah sosok figur yang dapat memberi motivasi serta pengayoman terhadap
bawahan. Sehinggga apabila kepemimpnan dalam suatu organisasi baik, maka
organisasi tersebut dapat berkembang dengan baik pula.
1.2 Rumusan masalah
1. Definisi kepemimpinan
2. Asal kekuasaan pemimpin
3. Apa saja tipe kepemimpinan?…
4. Pendekatan studi kepemimpinan
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan?…
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah selain sebagai tugas
kelompok mata kuliah Dasar-dasar Manajemen, juga untuk mengetahui tentang
pengertian kepemimpinan, asal kekuasaan pemimpin, tipologi kepemimpinan,
pendekatan studi kepemimpinan dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas
kepemimpinan.
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
kepemimpinan
Definisi tentang kepemimpinan bervariasi sebanyak orang yang
mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Definisi kepemimpinan secara luas
adalah meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi
mengenai peristiwa-peristiwa para pengikutnya, pengorganisasian dan
aktivitas-aktivitas untuk mencapai sasaran, memelihara hubungan kerja sama dan
kerja kelompok, perolehan dukungan dan kerja sama dari orang-orang di luar
kelompok atau organisasi.
Menurut solihin (2006), kepemimpinan adalah
suatu proses yang dilakukan manajer perusahaan untuk mengarahkan (directing)
dan mempengaruhi (influencing) para bawahannya dalam kegiatan yang berhubungan
dengan tugas (task-related aktivities), agar para bawahannya mau mengerahkan
seluruh kemampuannya, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota tim, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Hakekat kepemimpinan ialah bahwa atasan
mempengaruhi perilaku orang lain didalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang agar yang bersangkutan mengerjakan apa
yang dikehendaki.
Kepemimpinan
dipahami dalam dua pengertian yaitu sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan
mempengaruhi orang. Kepemimpina hanyalah sebuah alat, sarana atau proses untuk
membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/ suka
cita.Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota
kelompok.
Dari pengertian
di atas dapat kami simpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi,
mengarahkan, atau memberi contoh kepada pengikutnya untuk mencapai tujuan
organisasi yang diharapkan.
2.2 Asal kekuasaan pemimpin
Kekuasaan
pemimpin menurut solihin (2006), dapat berasal dari :
a.
Legitimate
power. Pemimpin memilki kekuasaan karena
dia diberi kewenangan oleh
otoritas/pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.
b.
Expert
power. Pemimpin memilki keahlian yang
menonjol dalam bidangnya sehingga
dia diakui otoritas keahliannya oleh orang lain.
c.
Reward
power. Kekuasaan yang dimiliki seorang
pemimpin karena pemimpin tersebut
gemar memberikan hadiah/imbalan terutama dalam bentuk materi.
d. Coercive
power. Kekuasaan yang dimiliki pemimpin
karena dia memiliki kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya.
e.
Refferent
power. Kekuasaan yang dimiliki seorang
pemimpinkarena wibawa yang dia miliki. Kewibawaan seorang pemimpin diperoleh
dari keselarasan antar perkataan dan perbuatannya.
Ada
kepemimpinan formal, yang terjadi karena manajer mengarahkan bersandar pada
wewenang formal, sedang kepemimipinan informal terjadi karena seseorang yang
tanpa wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan
formal biasanya terhadap bawahan, sedang kepemimpinan informal kepada mereka
yang berada pada satu tingkat, atasan lain, kontak luar, dan mereka yang mudah
dipengaruhi.
Prinsip pertama dalam kepemimpinan adalah adanya hubungan
antara pemimpin dengan yang dipimpin. Tanpa yang dipimpin tidak ada orang yang
perlu memimpin. Prinsip kedua adalah bahwa pemimpin yang efektif menyadari dan
mengelola secara sadar dinamika hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin
(Richard Beckhard, 1995:125-126).
Keberhasilan seorang pemimpin dalam melaksanakan fungsinya tidak hanya ditentukan oleh salah satu aspek semata-mata,
melainkan antara sifat, perilaku, dan kekuasaan-pengaruh saling menentukan
sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Kekuasaan-pengaruh mempunyai peranan
sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam mempengaruhi, menggerakkan, dan
mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
Konsepsi mengenai
kepemimpinan tidak bisa dilepaskan dari kemampuan, kewibawaan, dan kekuasaan.
Seorang pemimpin, karena status dan tugas-tugasnya pasti mempunyai kekuasaan.
Kekuasaan merupakan kapasitas untuk mempengaruhi secara unilateral sikap dan
perilaku orang ke arah yang diinginkan (Gary Yukl,1996: 183).
Konsepsi mengenai
sumber kekuasaan yang telah diterima secara luas adalah dikotomi antara
“position power” (kekuasaan karena kedudukan) dan “personal power” (kekuasaan
pribadi). Menurut konsep tersebut, kekuasaan sebagian diperoleh dari peluang
yang melekat pada posisi seseorang dalam organisasi dan sebagian lagi
disebabkan oleh atribut-atribut pemimpin tersebut serta dari hubungan pemimpin
– pengikut. Termasuk dalam position power adalah kewenangan
formal, kontrol terhadap sumber daya dan imbalan, kontrol terhadap hukuman,
kontrol terhadap informasi, kontrol ekologis. Sedangkan personal power berasal
dari keahlian dalam tugas, persahabatan, kesetiaan, kemampuan persuasif dan
karismatik dari seorang pemimpin (Gary Yukl,1996:167-175). Dengan bahasa yang
sedikit berbeda, Kartini Kartono (1994:140) mengungkapkan bahwa sumber
kekuasaan seorang pemimpin dapat berasal dari :
·
Kemampuannya untuk
mempengaruhi orang lain;
·
Sifat dan sikapnya yang
unggul, sehingga mempunyai kewibawaan terhadap pengikutnya;
·
Memiliki informasi,
pengetahuan, dan pengalaman yang luas;
·
Memiliki kemahiran
human relation yang baik, kepandaian bergaul dan berkomunikasi.
Kekuasaan merupakan
kondisi dinamis yang dapat berubah sesuai perubahan kondisi dan
tindakan-tindakan individu atau kelompok. Ada dua teori yang dapat menjelaskan
bagaimana kekuasaan diperoleh, dipertahankan atau hilang dalam organisasi.
Teori tersebut adalah
·
Social Exchange Theory,
menjelaskan bagaimana kekuasaan diperoleh dan hilang selagi proses mempengaruhi
yang timbal balik terjadi selama beberapa waktu antara pemimpin dan pengikut.
Fokus dari teori ini mengenai expert power dan kewenangan.
·
Strategic Contingencies
Theory, menjelaskan bahwa kekuasaan dari suatu subunit organisasi tergantung
pada faktor keahlian dalam menangani masalah penting, sentralisasi unit kerja
dalam arus kerja, dan tingkat keahlian dari subunit tersebut.
Para pemimpin
membutuhkan kekuasaan tertentu untuk dapat efektif, namun hal itu tidak berarti
bahwa lebih banyak kekuasaan akan lebih baik. Jumlah keseluruhan kekuasaan yang
diperlukan bagi kepemimpinan yang efektif tergantung pada sifat organisasi,
tugas, para bawahan, dan situasi. Pemimpin yang mempunyai position power yang
cukup, sering tergoda untuk membuat banyak orang tergantung padanya daripada
mengembangkan dan menggunakan expert power dan referent power. Sejarah telah
menunjukkan bahwa pemimpin yang mempunyai position power yang terlalu kuat
cenderung menggunakannya untuk mendominasi dan mengeksploatasi pengikut.
Sebaliknya, seorang pemimpin yang tidak mempunyai position power yang cukup
akan mengalami kesukaran dalam mengembangkan kelompok yang
berkinerja tinggi dalam organisasi. Pada umumnya, mungkin lebih baik bagi
seorang pemimpin untuk mempunyai position power yang sedang saja jumlahnya,
meskipun jumlah yang optimal akan bervariasi tergantung situasi.
Sedangkan dalam
personal power, seorang pemimpin yang mempunyai expert power atau daya tarik
karismatik sering tergoda untuk bertindak dengan cara-cara yang pada akhirnya
akan mengakibatkan kegagalan.
2.3 Tipologi kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, dalam beberapa literatur juga sering
disebut tipe kepemimpinan. Gaya atau tipe kepemimpinan adalah serangkaian
sikap, sifat dan karakter dari seorang pemimpin yang cenderung ditonjolkan
dalam menggerakan organisasi. Contohnya seorang pemimpin perusahaan A memimpin
perusahannya dengan sangat disiplin, terarah, serta kaku. Nah, jika anda
seorang pemimpin, bagaimana gaya kepemimpinan anda? mari kita simak pandangan
para ahli tentang gaya kepemimpinan.
Menurut Djatmiko
(2008), ada lima tipe kepemimpinan yaitu :
1.
Tipe Otokratik
Dalam hal ini pengambilan keputusan seorang manajer yang otokratik
akan bertindak sendiri dan memberitahukan kepada bawahannya bahwa ia telah
mengambil keputusan tertentu dan para bawahannya itu hanya berperan sebagai
pelaksana karena mereka tidak dilibatkan sama skali dalam proses pengambilan
keputusan.
2.
Tipe Peternalistik
Seorang pimpinan yang paternalistik dalam menjalankan organisasi
menunjukkan kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut:
a.
Dalam
hal pengambilan keputusan kecenderungannya adalah menggunakan cara mengambil
keputusan sendiri, kemudian menjual kepada bawahannya tanpa melibatkan bawahan
dalam pengambilan keputusan.
b.
Hubungan
dengan bawahan lebih banyak bersifat bapak dan anak.
c.
Dalam
menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya, pada umumnya bertindak atas dasar
pemikiran kebutuhan fisik para bawahan sudah terpenuhi. Apabila sudah
terpenuhi, maka para bawahan akan mencurahkan perhatian pada pelaksanaan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.
3.
Tipe Kharismatik
Pemahaman yang lebih mendalam tentang kepemimpinan yang bersifat
kharismatik menunjukkan bahwa sepanjang persepsi yang dimilikinya tentang
keseimbangan antar pelaksanaan tugas dan pemeliharaan hubungan dengan para
bawahan seorang pimpinan kharismatik nampaknya memberikan penekanan pada dua
hal tersebut.
4.
Tipe Laizessz Faire
Persepsi pimpinan yang Laizessz Faire tentang pentingnya
pemeliharaan keseimbangan antara orientasi pelaksanaan tugas dan orientasi
pemeliharaan hubungan sering terlihat bahwa aksentuasi diberikan pada hubungan
ketimbang pada penyelesaian tugas. Titik tolak pemikiran yang digunakan ialah
bahwa jika dalam organisasi terdapat hubungan yang intim antara seorang
pemimpin dengan para bawahan, dngan sendirinya para bawahan itu akan terdorong
kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya secara
bertanggung jawab.
5.
Tipe Demokratik
Ciri pimpinan yang demokratik dalam hal pengambilan keputusan
tercermin pada tindakannya mengikutsertakan para bawahan dalam seluruh proses
pengambilan keputusan. Pemeliharaan hubungan tipe demokratik biasanya
memberikan penekanan kuat pada adanya hubungan yang serasi, dalam arti
terpeliharnya keseimbangan antara hubungan yang formal dan informal. Seorang
pemimpin yang demokratik cenderung memperlakukan para bawahannya sebagai rekan
kerja, juga menjaga keseimbangan antara orientasi penyelesaian tugas dan
orientasi hubungan yang bersifat relasional.
Menurut rensis liker, gaya kepemimpinan seseorang dalam organisasi
dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Eksploitatif, yaitu pemimpin yang memeras bawahan, bawahan harus
mencapai tujuan yang ditetapkan, kalau tidak bisa dihukum.
2.
Otoritatif, yaitu pemimpin yang keras terhadap bawahan, bawahan
tidak boleh memberi komentar terhadap perintah pemimpin.
3.
Konsultatif, yaitu pemimpin yang selalu meminta pendapat dari
bawahan, perintah biasanya dikeluarkan setelah diskusi dengan bawahan.
4.
Partisipatif, yaitu pemimpin yang selalu mengambil keputusan
sesuai kesepakatan bawahan.
Sedang menurut George R. Terry ada enam tipe
kepemimpinan :
1. Kepemimpinan Personal, pemimpin ini selalu mengadakan kontak
langsung dengan bawahan. Dia dapat mengetahui setiap masalah yang dihadapai bawahan
sehingga dia dapat segera memberikan petunjuk untuk menyelesaikan masalah.
Melalui kontak langsung pemimpin dan bawahan dapat menanamkan pengaruh dan
ide-idenya kepada bawahan. Sebab bawahan merasa diperhatikan, dibimbing, dan
diarahkan menuju kemajuan.
2. Kepemimpinan Non-personal, pemimpin tipe ini dilakukan melaui media
non-pribadi seperti perintah tertulus, surat keputusan, dan
pengumuman-pengumuman.
3.
Kepemimpinan Otoriter, yaitu pemimpin yang merasa bahwa
kekuasaan yang sah adalah miliknya, sehingga merasa berhak memerintah dan
memindahkan orang lain.
4.
Kempemimpinan Demokratis, pemimpin ini ditandai dengan adanya
partisipasi kelompok dalam penentuan tujuan dan pemanduan pemikiran-pemikiran
untuk menentukan cara-cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan. Oleh karena
itu, setiap pemikiran perorangan dan kelompok dihargai serta bersifat terbuka.
5.
Kepemimpinan Kebapakan, kepemimpinan itu disebut dengan
paternalistik yang ditandai oleh suatu sikap pemimpin yang dalam memimpin
bertindak sebagai bapak, yaitu sebagai pendidik, pengasuh, pembimbing, dan
penasihat dengan memperhatikan kesenangan dan kesejahteraan yang dipimpin.
6.
Kepemimpinan Alamiah, pemimpin seperti ini timbul dengan sendirinya secara
spontan, bukan karena pengangkatan yang diterima serta dituruti oleh orang
lain. Kepemimpinan jenis ini sangat berpengaruh. Agar organisasi berhasil,
manajemen harus memanfaatkan para pemimpin alamiah.
Itulah tiga pandangan ahli tentang gaya atau tipe
kepemimpinan. Sekarang anda bisa menilai gaya kepemimpinan mana yang anda
miliki, dan gaya kepemimpinan mana yang cocok dengan lingkungan organisasi yang
anda pimpin.
2.4
Pendekatan studi kepemimpinan
Berbagai pendekatan studi
kepemimpinan muncul:
1. pendekatan sifat seseorang yang menfokuskan pada karakteristik
pribadi pemimpin.
2. pendekatan perilaku yang memfokuskan pada perilaku pemimpin
dihadapkan dengan
3. pengikutnya.
4. pendekatan situsional yang memfokuskan pada kesesuaian antara
perilaku pimpinan dengan karakteristik situsional. Yang dimaksud dengan
karakteristik pribadi adalah umur, raut muka, ukuran badan, kecakapan,
kerjasama, dan lain-lain. Biasanya pemimpin yang baik memiliki kombinasi
karakteristik yang baik.
Perilaku pemimpin dapat dibagikan ke
dalam yang mementingkan orang atau yang mementingkan tugas/hasil/produksi atau
kombinasinya. Yang mementingkan orang namun tak begitu mementingkan tugas
disebut pemimpin yang bebas; dan tidak mementingkan orang namun tak begitu
mementingkan tugas disebut pemimpin yang mendukung/manusiawi; yang tidak
mementingkan keduanya disebut pemimpin yang bebas; yang tidak mementingkan
orang namun mementingkan tugas disebut pemimpin yang direktif/otokratif dan
mereka yang memperhatikan orang dan tugas disebut pemimpin yang
partisipatif/demokratis. Adapula yang menyatakan yang pertama itu manajemen
santai, yang kedua manajemen yang mencelakakan, yang ketiga manajemen yang
mementingkan tugas, yang keempat manajemen tim dan yang kelima manajemen tengah
jalan.
Teori situsional dari Fieldler
menyatakan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas akan berhasil pada situasi
dengan pengawasan ketat atau lepas, sedang pemimpin yang berorientasi hubungan
akan berhasil pada situasi pengawasan yang moderat.
Teori lain, yaitu teori jalur tujuan dari House menyatakan bahwa:
1.
kepemimpinan
direktif: memberitahu bawahan, memberikan arahan/pengertian, memberikan jadwal,
dan mempertahankan standar kinerja;
2.
kepemimpinan
yang mendukung, yang selalu diperhatikan bawahan, semua diperlakukan sama,
semua teman dan mudah didekati;
3.
kepemimpinan
yang berorientasi pada hasil yang menetapkan tujuan yang menantang, mengharapkan
bawahan bekerja keras, mengarahkan selalu penyempurnaan, dan
4.
kepemimpinan
partisipatif yang selalu berkonsultasi dengan bawahan, memperhatikan saran
bawahan sebelum mengambil keputusan. Selanjutnya Vroom dan Yettom mengemukakan
adanya tiga putusan, yaitu :
1)
putusan
kewenangan yang dibuat oleh pimpinan dan dikombinasikasikan pada bawahan; tak
ada masukan dari bawahan kecuali diminta;
2)
putusan
konsultatif dimana masalah dipecahkan bersama; anggota dimintai informasi,
saran dan pendapat,
3)
putusan
kelompok, dimana semua anggota berpartisipasi dan mencapai konsensus tentang apa
yang harus dilakukan. Caranya yang direktif/otokratis cenderung berkeputusan
yang individualistis/kewenangan; sedang gaya mendukung/partisipatif cenderung
berkeputusan kelompok/konsensus.
Ada pula kepemimpinan
transformasional dengan mereka yang dapat membuat orang melakukan kegiatan
lebih daripada yang diharapkan, biasanya melalui kharisma, pertimbangan
individual dan stimulasi intelektual.
Yang penting seorang itu dapat memimpin
melalui komunikasi, motivasi dan dinamika kelompok sehingga mencapai kesatupaduan
dan kinerja yang tinggi.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas kepemimpinan
Menurut Stoner (1992 dalam Djatmiko, 2008), faktor-faktor yang
mempengaruhi
efektifitas kepemimpinan ada enam, yaitu:
1.
Kepribadian,
pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin
2.
Harapan
dan perilaku para atasan
3.
Karakteristik,
harapan dan peilaku bawahan
4.
Kebutuhan
tugas
5.
Iklim
dan kebijaksanaan organisasi
6.
Harapan
dan perilaku rekan
Menurut
H. Joseph Reitz (1981) factor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin
meliputi :
1) Kepribadian (personality) pengalaman masa lalu dan
harapan pemimpin
Hal ini
mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi
pilihan akan gaya. Sebagai contoh, jika ia pernah suksies dengan cara
menghargai bawahannya dalam pemenuhan, cenderung akan menerapkan gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada bawahannya.
2) Harapan atau perilaku atasan
Sebagai contoh,
yang secara tegas memakai gaya yang berorientasi pada tugas, cenderung seorang
manajer menggunakan gaya itu.
3) Karakteristik harapan atau perilaku bawahan
Mempengaruhi
terhada gaya kepemimpinan manajer. Sebagai contoh, karyawan yang
mempunyai kemampuan tinggi biasaynya kurang memerlukan pendekatan yang bersifat
direktif dari pemimpin
4) Kebutuhan tugas
Setiap
tugas juga akan mempengaruhi gaya pemimpin. Sebagai contoh, bawahan yang
bekerja pada bagian pengolahan data (litbang) menyukai pengarahan yang lebih
berorientasi kepada tugas
5) Iklim dan kebijakan organisasi
Mempengaruhi
harapan dan perilaku bawahan. Sebagai contoh, kebijakan dalam pemberian
penghargaan , imbalan dengan skala gaji yang ditunjang dengan insentif lain
(dana pendiun, cuti, bonus) akan mempengaruhi motivasi kerja bawahan.
6) Harapan dan perilaku rekanan
Sebagai
contoh, manajer membentuk persahabatan dengan rekan-rekan dalam organisasi.
Sikap mereka ada yang merusak reputasi, tidak mau kooperatif, berlomba
memperebutkan sumber daya, sehingga mempengaruhi rekan-rekannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata pemimpin, kepemimpinan serta
kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung
pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang
mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan.
Rahasia utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpin sejati selalu bekerja keras
memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki orang lain.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau
jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang
dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership
from the inside out).
3.2 Saran
Sangat diperlukan sekali jiwa
kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu perlu selalu
dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri.
Jika saja Indonesia memiliki
pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun
kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, pengikut mengikuti. Jika
pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak
mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas pemimpin
kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang dipimpin.
DAFTAR
PUSTAKA
Solihin,
I. 2010. Pengantar
Manajemen. Bandung: Erlangga.
Rohmat. 2010. Kepemimpinan
Pendidikan: Konsep Dan Aplikasi. Purwokerto:
STAIN Purwokerto Press.
Fattah, nanang. (1999). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Pt Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar