SAINS
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang
pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2]
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu
tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha
berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan
adalah produk dari epistemologi.
Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam
hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologihanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya
dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan
dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak
matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok
menjadi perawat.
Sains merupakan ilmu yang tidak lepas dari aktifitas
kehidupan kita sehari-hari. Tentunya kita sudah terbiasa dengan
fenomena-fenomena alam disekitar kita, tetapi tidak sedikit dari kita yang
belum memahami bagaimana proses dari fenomena tersebut, bagaimana hukum atau
teori yang telah dikemukakan oleh para ilmuwan, dan apakah hakikat dari ilmu
sains itu, bagaimana cara sains menyelesaikan masalah, dan apa sajakah manfaat
sains dalam kehidupan kita. Hal tersebut akan dibahas lebih luas dan mendalam
dalam makalah ini.
A. ONTOLOGI
SAINS
1. Hakikat
Sains
Pengetahuan
sains adalah pengetahuan yang objeknya rasional dan empiris. Yang dimaksud
dengan masalah rasional adalah menguji kebenaran hipotesis dengan akal. Apabila
bisa diterima dari segi kerasionalannya atau dengan kata lain masuk akal maka
hipotesis itu sah. Maksud dari masalah rasional yaitu adanya hubungan sebab
akibat. Pada dasarnya cara kerja sain adalah kerja mencari hubungan sebab-akibat
atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain, (Fred N. Kerlinger, 1973).
Sedangkan yang dimaksud dengan masalah empiris adalah dengan menguji hipotesis
dengan prosedur metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah adalah logico-hypotetico-verificatif (buktikan
bahwa itu logis, tarik hipotesis dan ajukan bukti empirisnya).
2. Struktur
Sains
Secara garis besar sains dibagi menjadi dua cabang
yakni sains kealaman dan sains sosial, tetapi dalam struktur sains juga
terdapat ilmu yang mendukung dan dijadikan sebagai pelengkap atau humaniora.
1) Sains
Kealaman
Dalam sains kealaman meliputi Astronomi, Fisika,
Kimia, Ilmu Bumi, dan Ilmu Hayat.
2) Sains
Sosial
Sedangkan dalam sains sosial meliputi Sosiologi,
Antropologi, Psikologi, Ekonomi dan Politik.
3)
Humaniora sebagai pelengkap
Humaniora meliputi Seni, Hukum, Filsafat, Bahasa,
Agama dan Sejarah.
B.
EPISTIMOLOGI SAINS
1. Objek
Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains ialah semua objek yang
diteliti oleh sains. Semua objek tersebut bersifat empiris. Objek kajian sains
meliputi objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia, (Jujun S.
Suriasumantri, 1994). Yang dimaksud pengalaman di sini ialah pengalaman indera.
Objek yang dapat diteliti oleh sains seperti fenomena-fenomena alam sekitar, manusia,
tumbuh-tumbuhan, dan hewan.
2. Cara
Memperoleh Pengetahuan Sains
Cara memperoleh pengetahuan sains adalah lewat akal.
Karena akal dianggap mampu dan setiap orang bekerja berdasarkan aturan yang
sama yakni logika alami yang ada pada akal setiap manusia.
Berkembangnya
sains didorong oleh berkembangnya paham Humanisme yang telah lahir pada zaman
Yunani Kuno. Arti dari paham ini adalah paham filsafat yang
mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Kemudian humanisme
melahirkan rasionalisme.Rasionalisme yaitu paham yang mengatakan
bahwa akal adalah pencari dan pengukur pengetahuan. Empirisme yaitu
paham yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris.
Sedangkan, Positivisme ialah paham yang mengajarkan bahwa
kebenaran ialah yang logis, ada bukti empiris dan terukur. Metode ilmiah
mengatakan bahwa untuk memperoleh suatu kebenaran maka harus dilakukan
langkah berikut : logico-hypothetico-verificartif. Maksudnya,
mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan hipotesis (berdasarkan
logika itu), kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode
Ilmiah secara teknis dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut
Metode Riset yang menghasilkan Model-model Penelitian.
3. Ukuran
Kebenaran Pengetahuan Sains
Ukuran
kebenaran sains adalah sebuah teori dianggap benar jika dapat ditemukan bukti
empiris. Jika jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik
tingkat keberadaannya menjadi hukum atau aksioma. Mayoritas,
menganggap bahwa hipotesis bersifat kemungkinan, antara yang benar dan yang
salah sama besar. Padahal di dalam sains, hipotesis adalah pernyataan yang
sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya. Hipotesis
dianggap benar jika sudah ada keterangan logis, belum atau tidak adanya bukti
empiris tidak menyebabkan hipotesis tersebut salah. Dari hal tersebut kita
dapat menarik kesimpulan bahwa kelogisan suatu hipotesis lebih penting dari
pada bukti empirisnya.
C.
AKSIOLOGI SAINS
1.
Kegunaan Ilmu Sains
Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya pengetahuan
sains memiliki nilai guna yang membatu hubungan kehidupan manusia dengan alam
sekitarnya. Paling sedikit ada tiga kegunaan teori sains antara lain sebagai
alat eksplanasi, sebagai alat peramal dan sebagai alat pengontrol.
a.) Teori
Sebagai Alat Eksplanasi
Sains
merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan
dengan sistem lainnya dalam mempelajari masa lampau, menjalani masa sekarang,
serta mempersiapkan untuk masa depan, (T. Jacob, 1993). Menurut teori sains
pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai atau sering disebut broken
home, pada umumnya akan berkembang menjadi anak yang nakal. Penyebabnya
ialah karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang
tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tua amat penting dalam pertumbuhan
anak menuju dewasa.
b.) Teori
Sebagai Alat Peramal
Ketika membuat eksplanasi, biasanya para ilmuwan telah
mengetahui faktor yang menyebabkan timbulnya suatu gejala. Dari faktor tersebut
para ilmuwan dapat membuat sebuah ramalan atau prediksi. Sebagai contoh, jika
banyak kasus perceraian antara hubungan rumah tangga, maka dapat diramalkan
bahwa kenakalan remaja akan meningkat, meningkatnya aksi anarkis remaja seperti
pada kasus geng motor.
c.) Teori
Sebagai Alat Pengontrol
Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat ramalan atau
prediksi dan alat pengontrol. Perbedaan antara prediksi dengan alat pengontrol
adalah prediksi lebih cenderung bersifat pasif, karena ketika timbul gejala
tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan terjadi keadaan atau
kondisi tertentu pula. Sedangkan alat pengontrol lebih bersifat aktif terhadap
sesuatu keadaan, contohnya kita membuat tindakan efektif yang mampu
meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari adanya suatu gejala tersebut.
Kita mengambil contoh seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, yakni jika banyak kasus perceraian maka timbul prediksi kenakalan
remaja akan meningkat. Dalam kasus ini kenakalan remaja disebabkan oleh
minimnya perhatian orang tua terhadap perkembangan emosional anak mereka,
sehingga mereka mencari sendiri guru yang mampu mengajari mereka bagaimana cara
bertahan hidup. Untuk mencegah meningkatnya kenakalan remaja yang disebabkan
oleh perceraian orang tua mereka, maka harus diadakannya tindakan yang
preventif dari kerabat dekat mereka seperti kakek atau nenek, paman atau bibi
yang menggantikan peran orang tua mereka. Tindakan inilah yang disebut dengan
ilmu sains sebagai alat pengontrol.
2.
Cara Sains Menyelesaikan Masalah
Dalam menyelesaikan masalah ada beberapa langkah di
dalam sains yaitu pertama, dengan mengidentifikasi masalah. Dalam
mengindentifikasi masalah ini biasanya dilakukan sebuah penelitian untuk
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan mengetahui secara lebih mendetail
pada gejala yang timbul di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, dengan mencari
teori tentang sebab-akibat yang diambil dari sebuah literatur. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui beberapa teori yang menjelaskan penyebab dari gejala
yang timbul. Ketiga, dengan membaca kembali literatur. Setelah mengetahui
penyebab dari gejala yang timbul maka kita harus membaca kembali literartur
untuk mengetahui tindakan apa yang paling tepat untuk mengatasi gejala-gejala
tersebut.
3.
Netralitas Sains
Netral biasanya
diartikan tidak memihak. Dengan kata lain sains disebut netral artinya adalah
sains tidak memihak pada kebaikan dan tidak juga pada kejahatan selain itu
sains juga tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan
maupun tidak sopan. Sains hanya memberikan nilai benar atau salah. Pengertian
tersebut menyebabkan bahwa sains itu netral atau sering diganti dengan istilah
sains bebas nilai (value free) bukan terikat nilai (value bound).
Sains dianggap netral memiliki keuntungan dan juga kerugian
sebagai berikut, apabila sains sebaiknya netral maka dampak positif yang
diberikan adalah perkembangan sains akan cepat terjadi. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya halangan dalam penelitian ketika memilih objek yang hendak
diteliti, cara meneliti dan ketika menggunakan hasil penelitian. Di sisi lain,
sebagian orang yang menganggap sains tidak netral, akan membatasi penelitian
dalam memilih objek penelitian, cara meneliti ataupun menggunakan produk
penelitian.
Suatu contoh ketika kita akan meneliti anatomi dan
cara kerja jantung manusia, orang yang beranggapan bahwa sains tidak netral
akan mengambil jantung hewan yang paling mirip anatominya dengan jantung
manusia, akan meneliti jantung tersebut dengan cara tidak menyakiti hewan
penelitiannya, dan menggunakan hasil dari penelitian tersebut hanya untuk
kebaikan. Sedangkan, orang yang beraliran sains itu netral, kemungkinan akan
mengambil jantung dari seorang tunawisma, tanpa mempedulikan objek
penelitiannya merasa menderita atau tidak, serta menggunakan hasil dari
penelitian tersebut secara bebas.
Paham sains netral sebenarnya telah melawan atau
menyimpang dari maksud penciptaan sains, yang semula sains digunakan untuk
membantu manusia dalam menghadapi masalah tetapi ini malah menambah masalah
baru. Berdasarkan uraian sederhana sebelumnya, dapat disimpilkan bahwa
yang paling bijaksana adalah kita memihak pada pemahaman bahwa sains tidaklah
netral. Sains adalah bagian dari kehidupan, sementara kehidupan secara
keseluruhan tidaklah netral.
FILSAFAT SAINS
Filsafat sains adalah bidang
sains yang mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari sains,
yang termasuk di dalamnya antara lain sains alam dan sains sosial. Di sini,
filsafat sains sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar